Thursday, May 5, 2011

Terapi Farmakologi bagi pasien yang menderita maag atau Gastritis


1. Cimetidine (Ulsikur )
Cimetidine (Ulsikur ) yang berkhasiat nyata untuk ulkus peptikum (Contoh lain ialah ritadrineHCl untuk partus prematurus, yang dilaporkan dalam CDK No. 21, 1981 yll). Di bawah ini disajikan sedikit mengenai cimetidine.

a. Struktur Kimia
Struktur cimetidine mirip sekali dengan histamin.

b. Cara Kerja
Histamin diketahui dapat meningkatkan sekresi asam lambung. Sifat bahkan dipakai sebagai prosedur diagnostik untuk mengetahui kemampuan sekresi asam lambung. Namun obat antihistamin klasik seperti CTM tidak mampu meng-antagonis pengaruh histamin terhadap lambung. Kemudian ternyata histamin bekerja pada 2 macam reseptor, yaitu reseptor H1 dan reseptor H2.
Contoh organ yang mempunyai reseptor H1 ialah otot polos bronkhus, otot polos pembuluh darah, kelenjar air mata, ujung saraf sensoris dsb. Rangsangan oleh histamin menimbulkan gejala-gejala bronkhospasme, gatal-gatal, dan sebagainya. Contoh organ yang mempunyai reseptor H2 ialah kelenjar lambung.Histamin meningkatkan sekresinya. Cimetidine menghambatnya.Cara kerja cimetidine (Ulsikur ) adalah penghambat-bersaing dengan histamin, karena struktur kimia kedua zat tsb. sangat mirip.

c. Waktu Hambatan
Cimetidine menghambat sekresi asam lambung siang maupun malam hari

d. Kenaikan Sekresi Asam Lambung
Selain oleh pengaruh histamin, sekresi asam lambung juga meningkat karena rangsang makanan, pentagastrin, kafein, insulin. Ini semua juga dihambat oleh cimetidine. Bagaimana cimetidine dapat menghambat pengaruh berbagai rangsang tsb. belum diketahui dengan pasti mekanisme-nya.

e. Pemakaian Klinik
– Ulkus duodenum
– sindroma Zollinger Ellison
– Ulkus ventrikuli benigna
– gastrooesophageal reflux
– Perdarahan akut gastrointestinal
– insufisiensi pankreas.

Cimetidine paling banyak diselidiki untuk pengobatan ulkus duodenum, dimana sebagian besar pasien menunjukkan hipersekresi asam lambung. Dari beratus-ratus percobaan klinik tsb. manfaat cimetidine dalam penyembuhan ulkus peptikum tidak diragukan lagi. Dalam berbagai percobaan itu dosis berkisar antara 800 mg — l.600 mg per hari, namun angka penyembuhan kurang lebih sama. Cimetidine dalam percobaan-percobaan tsb. mampu menghilangkan rasa nyeri dengan cepat, baik nyeri siang hari maupun malam hari. Pasien yang diberi antasida bersama cimetidine menunjukkan berkurangnya kebutuhan akan antasidanya. Bila cimetidine diberikan, antasida boleh diberikan juga untuk menambah kemampuan penghambatan sekresi asam postprandial atau netralisasi. Pada pasien-pasien dengan sekresi asam yang sangat tinggi, mungkin diperlukan kombinasi cimetidine, antasida dan obat antikolinergik.

f. Lama Pengobatan
Sebagian besar penderita ulkus duodenum akan sembuh dalam waktu delapan minggu dengan pemberian cimetidine. Dosis maintanance 400 mg setiap malam atau dua kali sehari selama 6 atau 12 bulan banyak mengurangi kekambuhan. Terapi maintanance tsb. perlu dipertimbangkan pada penderita yang tua atau penderita dengan risiko-tinggi-untuk-pembedahan yang menderita ulkus peptikum yang berat. Namun demikian masih diperlukan percobaan lebih banyak untuk mengetahui keamanan pemberian cimetidine jangka panjang.
Lama pengobatan
– delapan minggu untuk penderita biasa.
– terapi maintanance bagi penderita ulkus peptikum yang berat dan berusia tua atau dengan risiko-tinggi untuk pembedahan.

g. Efek Samping
Efek samping jarang ditemukan, dan kalau pun ada, tidak perlu dihentikan. Efek samping tsb dapat berupa: nyeri kepala, pusing, lelah, skin rash, diare, konstipasi, dan nyeri otot. Pengamatan pada penderita yang diberi cimetidine selama setahun menunjukkan bahwa tidak ada efek samping yang berbahaya. Namun demikian masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa cimetidine dapat dianjurkan digunakan dengan aman dalam jangka panjang.

2. Antasid
a. Indikasi
  • ·Terapi adjuvan dala pengobatan nyeri ulkus peptikum dan untukmeningkatkan penyembuhan ulkus duodenum dan lambung.
  • ·Juga berguna dalam berbagai keluhan GI termasuk : hiperasiditas , Indigesti, dan refluks esophagus.
b. Kerja Obat
  • ·Menetralisir asam lambung setelah larut dalamisi lambung. Pepsin tidak teraktivasi jika PH>4.
  • ·Netralisir asam lambung diikuti dengan penyembuhan ulkus dan berkurangnya nyeri yang berkaitan dengan ulkus.
c. Kontraindikasi dan Perhatian
Dikontraindikasikan pada :
  • ·Nyeri abdomen berat yang tidak diketahui penyebabnya, terutama yang disertai dengan demam.
  • ·Magnesium dikontraindikasikan pada anuria.
  • ·Produk yang mengandung tartrazin atau gula harus dihindari pada pasien-pasien yang mengalami intolerans.
Gunakan secara hati-hati pada :
  • ·Antacid yang mengandung magnesium harus digunakan dengan sangat hati-hati pada pasien yang mengalami insufisiensi ginjal.
d. Efek Samping
GI : Konstipasi (garam aluminium), diare (garam magnesium)
C dan E : hipermagnesemia (magnesium), hipofosfatemia(aluminum)

e. Dosis
Dosi bervariasi tergantung dari konsentrasi bahan dalamproduk yang dipilih. Biasanya 5-30 ml atau 1-2 tablet yang diberikan 1-3 jam setelah makan dan menjelang tidur.

3. Aspirin
a. Mekanisme Kerja
  1. Mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides.\
  2. Menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit.
  3. Menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang mempakan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack).
  4. Pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak.

b. Farmakokinetika
Mula kerja : 20 menit -2 jam.
Kadar puncak dalam plasma: kadar salisilat dalam plasma tidak berbanding lurus dengan besamya dosis. Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 rnenit ; asarn salisilat 2-20 jam tergantung besar dosis yang diberikan.
Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya.
Metabolisme : sebagian dihidrolisa rnenjadi asarn salisilat selarna absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru.
Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya.

c. Farmakodinamik
Adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya ; pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma.

d. Efek Terapeutik
Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang pada penderita yang pernah menderita iskemi otak yang diakibatkan embolus. Menurunkan resiko menderita stroke pada penderita resiko tinggi seperti pada penderita tibrilasi atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti koagulan.

e. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap salisilat, asma bronkial, hay fever, polip hidung, anemi berat, riwayat gangguan pembekuan darah.

f. Interaksi Obat
Obat anti koagulan, heparin, insulin, natrium bikarbonat, alkohol clan, angiotensin converting enzymes.

g. Efek Samping
Nyeri epigastrium, mual, muntah , perdarahan lambung.

h. Efek Toksik
Tidak dianjurkan dipakai untuk pengobatan stroke pada anak di bawah usia 12 tahun karena resiko terjadinya sindrom Reye. Pada orang tua harus hati- hati karena lebih sering menimbulkan efek samping kardiovaskular. Obat ini tidak dianjurkan pada trimester terakhir kehamilan karena dapat menyebabkan gangguan pada janin atau menimbulkan komplikasi pada saat partus. Tidak dianjurkan pula pada wanita menyusui karena disekresi melalui air susu.

i. Dosis
FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari dibagi 2 atau 4 kali pemberian. Sebagai anti trombosit dosis 325 mg/hari cukup efektif dan efek sampingnya lebih sedikit.

No comments:

Post a Comment